SAMA - SAMA KLENTENG TAPI BEDA SEJARAH ?




BASIC SOCIAL AND CULTURAL SCIENCE

Dosen : Bapak Akhmad Ryan Pratama





ALIAH NOOR FITRIA

10117299 – IBM





Universitas Ciputra Tahun Ajaran 2017/2018



KLENTENG HONG TIEK HIAN DAN KLENTENG BOEN BIO
Hello, every people. Kali ini aku akan membawakan cerita perjalanan yang udah aku lakukan bersama  teman – teman dalam mata kuliah Basic Social and Cultural Science. Topik kali ini membahas tentang sebuah tempat ibadah yang taka sing lagi bagi orang Tionghoa pada umumnya yaitu KLENTENG. Disini akan ada perbandingan dua KLENTENG yang berbeda. Mulai dari bentuk fisik bangunannya dan sejarah yang ada didalamnya. Yuk simak cerita perjalananku!

KLENTENG HONG TIEK HIAN SEDERHANA TAPI PALING BERSEJARAH

Klenteng Hong Tiek Hian merupakan sebuah klenteng yang berada di Jalan Dukuh N.231 Surabaya. Berlokasi di kawasan pecinan yang dekat dengan keramaian. Disana kalian akan melihat sebuah klenteng yang tampak luarnya sederhana tetapi jika masuk lebih dalam lagi terdapat altar Mak Co dan Kong Co dilantai dasar, sedangkan dilantai kedua terdapat altar Dewi Kwan Im, Patung Budha dan Dewi – dewi.
Klenteng Hong Tiek Han masyarakat mengenalnya dengan nama Klenteng Dukuh. Tetapi orang Tionghoa yang mengenalnya dengan sebutan TRI DHARMA. Klenteng Dukuh (Hong Tiek Han) dibangun sejak abad ke – 13 oleh tentara Tartar yang berada dibawah kepemimpinan Kubilai Khan. Saat itu Kubilai Khan bersama rombongannya melakukan perjalanan ke Nusantara. Kemudian pada saat mereka tiba, mereka langsung membangun tempat ibadah yang ia arsitek sendiri.
SIMAK DULU AWAL MULA KLENTENG INI BERDIRI
Klenteng Hong Tiek Han dibangun oleh tentara Mongol pada zaman Khu BIlai Khan. Pada saat melakukan penyerangan ke Kediri pada tahun 1293. Namun, dari sejumlah literature yang ada, tidak ditemukan keterkaitan dengan kedatangan tentara Mongol atau dikenal juga dengan pasukan Tartar, karena situasinya focus pada penyerangan ke kerajaan kediri (sebenernya Singasari, akan tetapi Kertanegara dibunuh oleh Jayakatwang) dan diyakini tempat merapat kapal – kapalnya berada ditepi kalimas dikawasan Jagir. Sehingga diperkirakan klenteng Hong Tiek Hian (Dukuh) lebih mendekati tatkala orang – orang Tionghoa mulai mendarat di Surabaya pada abad 17. Dan pada saat itu orang – orang Tionghoa meninggalkan daratan Tiongkok dengan perahu jung untuk mencari masa depan baik di Chura Bhaya (nama dulu Surabaya).
BANGUNAN FISIK HONG TIEK HIAN
Disana terdapat beberapa ornament bergaya khas Tiongkok. Klenteng ini memang lokasinya sangat sulit dijangkau. Sehingga bagi para jemaat yang menggunakan mobil akan parkir lebih jauh dari lokasi klenteng. Awalnya tidak terlihat jelas bahwa itu sebuah klenteng. Tetapi karena terdapat penanda berupa KIM LO atau Menara berwarna merah sebagai tempat pembakaran kerta di sebelah kiri yang berlantai tujuh, di sebuah gapura kecil bertuliskan huruf China dibagian depan.
Bangunan klenteng ini terdiri dari dua bangunan berbeda yang dijembatani oleh jembatan yang dijaga 2 ekor naga. Dan didalam klenteng yang lama terdapat altar sembahyang Sien Beng dan Kong Co yang dipujanya terdiri dari : Kong Tek Tjun Ong, Boen Tjang Tee Koen, dan Hok Tik Tjing Sien.
Sedangkan diruang altar sembahyang baru terdapat pujaan dari Mak Co Thiang Siang Sien Boo, Oen Wan Sue, dan Ma Wang Sue, Thio Wan Sue dan Khong Wan Sue. Sementara itu dilantai dua terdapat altarnya dari Hiap Thian Siang Tee, Budha Avalokistesvara, didampingi oleh Budha Gautama, Namo K. Bodhisatva, O Mi To Hoed,  Namo Aryayi Bodhisatvaya dan Budha Matreya.
HASIL OBSERVASI
Pada saat saya dan teman – teman melakukan observasi ke klenteng Hong Tiek Hian (Dukuh) dipertemukan dengan ketua atau pengurus yang berada di klenteng tersebut. Ketua atau pengurus tersebut menceritakan sejarah dan kepengurusan di klenteng Hong Tiek Hian (Dukuh). Dan masyarakat disekitar sana juga ikut peduli pada kebersihan dan menjaga keamanan klenteng tersebut. Selain bangunan yang indah dan menawan, klenteng ini juga masih mempopulerkan Wayang Potehi. Pertunjukan Wayang Potehi begitu terkenal, sehingga sayang apabila Anda melewatkan pertunjukkan tersebut. Pertunjukan diadakan di panggung boneka, di sebuah ruangan berukuran 4×4 meter dengan diiringi suara tambur dan gembreng. Agar dapat menikmati pertunjukkan tersebut hendaknya Anda datang pada siang hari dihari Minggu. Wayang boneka yang terbuat dari kain ini digerakkan oleh tangan sang dalang. Dikenal sejak sekitar tiga ribu tahun lalu di Cina, pertunjukkan ini menceritakan kisah Mandarin yang berisi pesan moral.


KLENTENG HONG TIEK HIAN

Hasil jepret foto ini merupakan Potehi. Potehi berasal dari kata pou (kain), te (kantong) dan hi (wayang). Wayang Potehi adalah wayang boneka yang terbuat dari kain. Sang dalang akan memasukkan tangan mereka ke dalam kain tersebut dan memainkannya layaknya wayang jenis lain.


Kesenian ini sudah berumur sekitar 3.000 tahun dan berasal dari Tiongkok. Menurut legenda, seni wayang ini ditemukan oleh pesakitan di sebuah penjara. Lima orang dijatuhi hukuman mati. Empat orang langsung bersedih, tetapi orang kelima punya ide cemerlang. Ketimbang bersedih menunggu ajal, lebih baik menghibur diri. Maka, lima orang ini mengambil perkakas yang ada di sel seperti panci dan piring dan mulai menabuhnya sebagai pengiring permainan wayang mereka.


Itu merupakan salah satu hasil jepret saya. Salah satu tempat berdo’a atau sembahyang yang ada di gedung tua atau gedung lama. Terdapat altar sembahyang Sien Beng dan Kong Co , kemudian yang dipuja terdiri dari : Kong Tek Tjun Ong, Boen Tjang Tee Koen, dan Hok Tik Tjing Sien.

Klenteng Hong Tiek Hian dengan batang-batang hio tertancap di sebuah hio lo berbentuk trapesium. Kebanyakan hio lo yang saya jumpai berbentuk bulat, dengan ukiran naga di kanan kirinya. Hio lo yang diletakkan di depan pintu kelenteng biasanya adalah hio lo Thian (Tuhan), yang berkaki tiga, berbentuk bulat dan berukir naga. Hio lo Thian ini harus digantung atau diletakkan pada sebuah alas yang lebih tinggi posisinya dari lantai pada bangunan utama kelenteng.


Kemudian hasil jepret foto itu adalah Hio. Hio  digunakan sebagai medium untuk melakukan kontak dengan para arwah yang dipuja. Jika asap hio yang dibakar arahnya lurus ke atas, maka doa yang dipanjatkan konon langsung diterima.

KELEBIHAN           : 
§  1.  Sudah menjadi tempat cagar budaya
§  2. Belajar tentang agama lain terutama agama Khonghucu dan sejenisnya.
§  3. Menjadi tempat wisata religi
§  4. Sejarah yang kita dapat banyak sekali karena disana kita bisa tau barang yang mempunyai nilai arti tersendiri
§  5. Terdapat pertunjukan wayang potehi yang masih dilaksanakan dan dilestarikan hingga saat ini.
KEKURANGAN     :
§ Tempatnya masih banyak debu 
§  Kurangnya perawatan yang baik
§  Kurangnya informasi tentang klenteng sehingga para wisata yang ingin berkunjung masih sedikit
 Fungsi Klenteng Hong Tiek Hian (Dukuh) adalah sebagai tempat beribadah bagi agama Budha, Tao dan Khonghucu dan juga tempat berkumpulnya organisasi yang ada di kelenteng tersebut.
KESIMPULAN
Banyak hal yang saya dapat dari hasil observasi yang kami kunjungi. Salah satunya belajar mengenai budaya dan agama lain. Bahwa setiap agama yang kita ketahui memiliki beragam sejarah, awal mula yang sangat luar biasa juga. Menghargai perbedaan, dan belajar tentang agama lain, serta kebudayaannya.
KESAN DAN PESAN
Melihat adanya sebuah kelenteng tempat ibadah orang Budha, Tao dan Khonghucu sangat menarik karena dilihat dari struktur bangunannya yang sangat unik dengan ciri khas Chinesse (Tionghoa) yang masih kental.  
Hanya saja seharusnya diberikan fasilitas dan pelayanan yang baik bagi para pengunjung yang ingin mengenal dan mengetahui Klenteng Hong Tiek Hian tersebut. Serta meningkatkan kepengurusan yang ada disana, agar kondisi Klenteng Hong Tiek Hian lebih terawatt dengan baik dan bagus. Karena Klenteng Hong Tiek Hian merupakan klenteng tertua yang ada di Surabaya Utara. 

KLENTENG BOEN BIO SURABAYA


Ini merupakan Klenteng yang berada dikawan Kapasan Surabaya. Dekat dengan keramaian, dan berlokasi di tepi Jalan Raya dan berada ditengah permukiman warga. Klenteng Boen Bio adalah benteng terakhir pertahanan agama Khong Hu Chu di Surabaya. Awalnya klenteng ini bernama Boen Thjiang Soe, berdiri pada tahun 1883, terletak di jalan Kapasan 131, Surabaya
Pada awalnya Klenteng Boen Bio berada didalam perkampungan dan berdiri pada tahun 1883, terletak di jalan Kapasan 131, Surabaya. Kuil yang megah untuk ukuran kala itu sangat sayang bila tempatnya di dalam kampung. Tahun 1903 Kang You Wei, seorang reformis Tiongkok, berkunjung di kuil ini dan mengusulkan untuk memindahkannya di pinggir jalan. Setelah mendapat sumbangan tanah seluas sekitar 500 m2 dari Mayor The Toan Ing maka pengurus lalu memulai pembangunan dan relokasi. Biayanya ditutup dari derma serta sumbangan uang hasil denda yang diperoleh para saudagar Tionghoa yang memenangkan perkara dari HVA (Handels Vereeniging Amsterdam) di pengadilan. Pemugaran kembali akhirnya selesai tahun 1906 dan menjadi Boen Bio. Nama para dermawan tertulis dalam prasasti yang menempel di bangunan Boen Bio. Boen (bahasa Fujian), Wen (bahasa Mandarin) atau Van (bahasa Vietnam) berarti Sastra/budaya. Dan Bio (bahasa Fujian), Miao (bahasa Mandarin) dan Mieu (bahasa Vietnam) adalah kuil/klenteng. Jadi Boen Bio / Wen Miao / Van Mieu adalah Kuil Kesusastraaan.



Klenteng Boen Bio konon kabarnya merupakan satu-satunya klenteng yang khusus diperuntukkan bagi agama Khonghucu di Asia Tenggara. Sebagai klenteng Konghucu, di sini tidak ada patung-patung dewa-dewa maupun Sang Buddha, yang ada justru patung Khonghucu atau lebih dikenal dengan sebutan Nabi Khong Co. Khonghucu adalah seorang pemikir dari China yang menekankan pentingnya kejujuran, keadilan, dan ketulusan. Namun, Khonghucu sendiri sebenarnya lebih merupakan suatu filsafat ketimbang agama.
Klenteng ini merupakan saksi bisu pertahanan terakhir dari kejayaan aliran Khonghucu di Surabaya di tengah perubahan zaman, budaya, dan politik di sebagian penganutnya yang lebih memilih beralih ke kepercayaan yang lainnya.
Seperti bangunan klenteng pada umumnya, klenteng Boen Bio juga menggunakan arsitektur khas China. Di bagian depannya terdapat empat pilar berukiran naga dengan detail ornamen dan warna kuning emas biru laut yang sangat indah, lima pintu, dan enam jendela pintu. Sementara itu, di bagian ruang utama terdapat dua pilar yang juga berhiaskan ukiran naga. Uniknya, di bagian tengah ruang utama terdapat sederetan bangku di kiri kanannya dengan fokus menghadap ke altar untuk memuja Khonghucu.
Klenteng Boen Bio ini sebenarnya tergolong bangunan klenteng yang lumayan besar dengan luas bangunannya 629 m² yang berdiri di atas tanah seluas 1.173 m². Namun, sayangnya klenteng ini tidak memiliki cukup untuk areal parkir bahkan klenteng ini boleh dikata terlalu mepet dengan Jalan Kapasan
KONDISI BANGUNAN
Kondisi bangunan disana masih sangat baik dan cukup terawat. Terdapat beberapa kursi yang disusun rapi yang akan digunakan bagi para jemaat yang akan bersembahyang disana. Disisi kanan dan kiri terdapat tulisan mandarin besar yang mengartikan sebuah nama. Dan cukup luas kira – kira dapat menampung 100 jemaat sekali sembayang.  




KELEBIHAN :
-          Cukup terawat dengan baik dan tempatanya tidak terkesan kumuh maupun berdebu.
-          Cukup bersih
-          Cukup bagus dan mengedukasi jika terdapat wisatawan yang berkunjung disana
-          Sudah dikenal sebagai tempat wisata religi.
KEKURANGAN :
-          Terdapat sedikit patung – patung dan peninggalan sejarah berbeda dengan Klenteng Hong Tiek Hian sebelumnya.
-          Penjelasan yang diberikan jika terdapat wisatawan yang berkunjung kesana juga kurang jelas.
Fungsi kelenteng Boen Bio adalah sebagai tempat beribadah bagi agama Khonghucu dan juga tempat berkumpulnya organisasi yang ada di kelenteng tersebut. Selain itu juga menjadi tempat wisata religi.
KESIMPULAN
Banyak pelajaran yang saya dapat pada saat mengunjungi Klenteng Boen Bio. Salah satunya mengenal sejarah baru mengenai awal mulanya dibangun Klenteng tersebut. Dan alasan mengapa di Klenteng Boen Bio berbeda dengan Klenteng Hong Tiek Hian. Dimana pada Klenteng Boen Bio  tidak terdapat patung – patung Budha dan Dewi – Dewi yang ada pada Klenteng Hong Tiek Hian. Ada beberapa alasan yang sudah saya jabarkan juga dalam cerita sejaranya.
KESAN DAN PESAN
Klenteng seperti ini harus dilestarikan dan dijaga dengan baik. Agar anak cucu kita semua belajar mengenai sejarah masa lalu. Bukan hanya sejarah peperangan saja tetapi perlu mengetahui sejarah tentang keagamaan yang beragam.




Komentar